Monday 24 July 2023

Banten Prayascita bentuk dan fungsinya

           Bagi umat Hindu Bali, banten prayascita digunakan bersamaan dengan banten byakala dan durmanggala untuk memulai upacara sebagai pembersihan rohani dan jasmani.



Menurut Mangku Jasri, upacara nyambutin juga disebut nelu bulanin. Ini dilakukan ketika bayi berumur 105 hari, atau tiga bulan wuku. Secara filosofis, upacara ini bertujuan untuk menyambut dan menstanakan atman bayi di dalam raga sariranya.Upacara nyambutin memerlukan beberapa jenis banten, tergantung pada seberapa besar atau kecil upacaranya, seperti banten byakala, prayascita, penyambutan, ayaban, pulogembal, dan lain-lain. Jro Jasri mengatakan bahwa prayascita berasal dari kata "prayas", yang berarti "bahagia" dan "gembira." Citta berarti alam pikiran.


Dilihat dari sisi bentuk, banten prayascita memiliki alas yang terbuat dari kulit sesayut berbentuk bundar dari janur, yang diisi dengan peras dari janur. Daun tabia bun 8 lembar dijahit menjadi satu, berbentuk bundar seperti padma, dengan jejahitan Tri Kono di sekelilingnya. 

Di atasnya, lima iris telur dadar disusun sedemikian rupa sehingga menunjukkan kelima arah mata angin. Nagasari, canang genten, dan canang buratwangi adalah sampiannya, serta buah-buahan, lauk pauk, dan jajanan. Satu banten prayascita biasanya dilengkapi dengan banten penyeneng, sorohan alit (peras, tulung, dan sesayut kecil), canang pengeresikan, padma, lis senjata Panca Dewata yang terbuat dari janur kelapa gading, satu takir beras kuning, satu takir daun dadap yang diulek, dan bungkak kelapa gading yang sudah dikasturi. 

Banten prayascita, banten byakala dan durmenggala biasanya digunakan saat upacara nyambutin untuk mendahului suatu yadnya. Sebelum melakukan upakara, para rohaniwan melakukan penyucian, juga dikenal sebagai "ngelukat." Jro Jasri mengatakan bahwa dengan menggunakan sarana banten byakala, durmanggala, dan prayascita, yang membersihkan membersihkan  leteh pada Badan, Ucapan dan Pikiran Manusia.

Sanggar surya, palinggih-palinggih di merajan, tugu karang, rumah, dapur, sumur, dan semua upakara adalah tempat prosesi penyucian dimulai. Banten disucikan dan masih dibersihkan untuk anggota keluarga, terutama bapak, ibu, dan anak yang akan diupacarai. Menurut puja penganter, banten prayascita memiliki lima mala atau kekotoran diri yang dapat dihilangkan dengan banten lis, yaitu sarwa rogha yang berarti segala penyakit, sarwa wighna yang berarti segala halangan, sarwa satru yang berarti semua musuh, papa klesa yang berarti lima klesa yang mengotori hidup, dan sarwa dusta yang berarti terhindar dari bencana oleh orang jahat.



0 comments :

Post a Comment